Minggu, 03 Februari 2013

LA TAHZAN :)

BERPENDIRIANLAH SETEGUH 

GUNUNG UHUD!!!

 


 Di antara ciri orang mukmin adalah berpendirian teguh, pantang menyerah, tidak kenal mundur, dan punya keinginan yang kuat. Allah berfirman, 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu" (QS. Al-Hujurat 15). 

sedangkan ciri orang munafik adalah "Karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya" (QS. At Taubah 45) .

                 


Sebelum perang Uhud, Rasulullah berdiri di depan mimbar memimpin musyawarah. Para sahabat   merekomendasikan agar Rasulullah Saw turun langsung ke medan perang. Maka Rasulullah segera memakai baju perang dan mengambil pedang. Tapi rekomendasi para sahabat itu justru membuat mereka kikuk sendiri, sehingga mereka kikuk sendiri, sehingga mereka harus meyakinkan kepada Rasulullah, "Apakah kami telah membuatmu tidak suka, wahai Rasulullah ? Bagaimana kalau engkau tinggal di Madinah saja?"
Rasulullah menjawab, "Tidak pantas bagi seorang nabi jika dia telah memakai baju perangnya lalu melepaskannya kembali, hingga Allah menentukan apa yang akan terjadi antara dia (nabi) dengan musuhnya." Rasulullah keluar dengan semangat yang tinggi.

Sebenarnya dalam menghadapi sebuah permasalahan tidak perlu memperlihatkan sikap ragu. Masalah apa pun harus dihadapi dengan tekad yang bulat dan kuat. Sebab, keberanian dan kepemimpinan itu tampak pada saat pengambilan keputusan.  

Banyak diantara kita tidak yakin ketika akan mengambil keputusan, sehingga kegelisahan, kebingungan dan keraguan menyelimuti suasana hati. Akhirnya dia selalu berada dalam keadaan tertekan dan pusing berkepanjangan. Keputusan yang mereka ambil tidak lurus. Ketika keputusan itu ada di belakang mereka, maka mereka pun mengingkarinya, dan ketika mereka berjanji maka mereka akan melanggarnya. Wahai hamba Allah, ketika kebenaran itu menyala terang, "kepekaan" yang ada di benakmu itu lebih kuat dan manfaat-manfaat yang bisa diraih jelas, maka lakukanlah dengan tanpa mempertimbangkan ini itu lagi dan jangan di tangguhkan. 
Buanglah kata "seandainya", "kelak akan", dan "bisa jadi". Majulah seperti pedang di tangan seorang pahlawan.
 
Maka kewajiban seorang hamba untuk selalu bermusyawarah atau beristikharah kepada Allah kemudian merenungkan sebentar. Setelah itu, jika kemudian dia merasakan ada sesuatu yang menurutnya paling tepat, majulah dan jangan ragu-ragu. Sekarang bulatkan tekad, tawakal dan mantapkan hati, agar hidup dalam keragu-raguan dan kebimbangan cepat berakhir.

Kesempitan jiwa ini harus diakhiri dengan keputusan yang pasti. Manusia itu hidup hanya sekali, hari-hari yang telah dilaluinya tidak akan berulang, jam-jam yang sudah lewat tidak akan kembali lagi. Karenanya, ia harus berusaha menikmati waktu yang tidak akan kembali itu, agar waktu menghantarkan kita kepada kebahagiaan dengan cara menetapkan keputusan. Ketika orang Muslim telah menetapkan keinginannya, membulatkan tekad, dan bertawakal kepada Allah setelah sebelumnya beristikharah dan menerima rekomendasi dari sana sini, maka ia sebagaimana dikatakan dimuka, "Jika mau, maka ia akan meletakkan matanya di antara dua keinginannya, dan mau tahu apa akibat yang mungkin terjadi."

Ia melaju bagaikan aliran air, meluncur ke depan bagaikan sebetan pedang, kokoh bagaikan jaringan waktu, dan memancarkan bagaikan pancaran fajar. Ingatlah firman Allah SWT, 
"Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu it dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku" (QS. Yunus 71).

 

"La Tahzan, Innallaha ma ana" . .
Kitab La Tahzan karya Dr. Aidh ibn Abdillah al-Qarni